Hipertensi
Hipertensi adalah suatu penyakit yang kronis dimana tekanan darah
meningkat di atas tekanan darah normal (Kabo, 2010). The seventh report of
the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) menyatakan bahwa
seseorang dikatakan hipertensi jika tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih
dan tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih (Davis, 2004). Hipertensi adalah
faktor risiko keempat dari enam faktor risiko terbesar penyebab penyakit
kardiovaskuler (Hahn & Payne, 2003).
Penderita hipertensi sering tidak menampakkan gejala. Institut Nasional
Jantung, Paru, dan Darah memperkirakan separuh orang yang menderita hipertensi
tidak sadar akan kondisinya (Bare &Smeltzer, 2002). Orang yang sudah
menyadari hipertensi pada dirinya hanya melakukan sedikit tindakan untuk
mengontrolnya, dimana hanya 27% pasien hipertensi yang mengontrol tekanan
darahnya secara adekuat (Hahn & Payne, 2003). Pasien baru menyadari
kondisinya jika hipertensi sudah menimbulkan komplikasi pada jantung,
penyumbatan pembuluh darah, hingga pecahnya pembuluh darah di otak yang
berakibat kematian. Hal inilah yang membuat hipertensi dikenal sebagai the
silent killer yang berdampak pada tingginya angka kematian akibat
penyakit jantung dan pembuluh darah.
Sebagian besar hipertensi yang dialami masyarakat tidak diketahui
penyebab medisnya, yang dikenal dingan hipertensi primer (esensial).
Kondisi ini terjadi pada 90% penderita hipertensi, sedangkan 10% kasus hipertensi
dapat dideteksi penyebab definitifnya, yang dikenal dengan hipertensi sekunder
(Sherwood, 2001). Hipertensi primer mempunyai kecenderungan genetik yang kuat
dan didukung dengan faktor risiko seperti obesitas, konsumsi garam dan lemak
jenuh berlebih, dan kebiasaan merokok.
Bare,
B.G & Smeltzer, S.C. 2002. Buku ajar keperawatan medikal bedah brunner &
suddarth. (Terj. H.Y. Kuncara… (et al); Editor, Endah Pakaryaningsih
& Monica Ester). Jakarta: EGC.
Davis.
2004. Penyakit jantung dan penyembuhannya secara alami. Jakarta: PT
Bhuana Ilmu Komputer.
Hahn,
D.B & Payne, W.A. 2003. Focus on health.Sixth Edition. USA: Mc Graw
Hill.
Kabo,
P. 2010. Bagaimana menggunakan obat-obat kardiovaskuler secara rasional.
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Sherwood,
L. 2001. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. (Terj. Brahm U. Pendit);
Editor, Beatricia L. Santoso. Jakarta: EGC.
Rheumatoid arthritis
Kata
arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti
sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis
berarti radang sendi. Sedangkan rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit
autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami
peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya
menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi. Rheumatoid arthritis adalah penyakit
jaringan penyambung sistemik dan kronis dikarakteristikkan oleh inflamasi dari
membran sinovial dari sendi diartroidial. Penyebab penyakit rheumatoid
arthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor predisposisinya adalah
mekanisme imunitas (antigen-antibodi), faktor metabolik, dan infeksi virus
(Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008).
Buffer
(2010) mengklasifikasikan rheumatoid arthritis menjadi 4 tipe,
yaitu:
1)
Rheumatoid arthritis klasik
pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
2)
Rheumatoid arthritis defisit
pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
3)
Probable rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria
tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam
waktu 6 minggu.
4)
Possible rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria
tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit
dalam waktu 3 bulan.
Suratun, Heryati, Manurung, S., & Raenah, E. (2008). Seri asuhan keperatan klien gangguan
sistem muskuloskeletal. Jakarta: Buku kedokteran EGC.
Buffer (2010). Rheumatoid Arthritis. http//www.rheumatoid_arthritis
.net/duwload.doc.
FILARIASIS
Filariasis adalah penyakit infeksi
sistemik kronik yang disebabkan oleh cacing seperti benang, dari genus Wuchereria
dan Brugia yang dikenal sebagai filaria yang tinggal di sistem limfa, yaitu
jaringan pembuluh yang berfungsi untuk menyangga dan menjaga keseimbangan
cairan antara darah dan jaringan otot yang merupakan komponen esensial dari
sistem kekebalan tubuh. Filariasis atau yang lebih dikenal dengan sebutan
penyakit kaki gajah ini disebabkan oleh tiga spesies filaria, yaitu Wuchereria brancofti dimana hampir
sebagian besar berada di daerah yang memiliki kelembaban yang cukup tinggi, Brugia malayi yang endemis di daerah
pedesaan Asia Tenggara dan spesies terakhir yaitu Brugia timori yang hanya berada di Indonesia, khususnya daerah
Flores, Alor, dan Rote.
Kasus filariasis menyerang sekitar
sepertiga penduduk dunia atau 1,3 milyar penduduk di 83 negara berisiko terinfeksi
filariasis, terutama di daerah tropis dan beberapa daerah subtropis, seperti
Asia, Afrika, dan Pasifik Barat. Dari 1,3 milyar penduduk tersebut, 851 juta di
antaranya tinggal di Asia Tenggara dengan Indonesia menjadi negara dengan kasus
filariasis yang paling tinggi. Pada tahun 2001 hingga 2004 berturut-turut
jumlah kasus filariasis yang terjadi, yaitu sebanyak 6.181 orang, 6.217 orang,
6.635 orang, dan 6.430 orang. Pada tahun 2005 terjadi peningkatan kasus sebanyak
10.239 orang. Pada tahun 2006, sekitar 66% wilayah Indonesia dinyatakan endemis
filariasis.
Banyak faktor risiko yang mampu memicu
timbulnya kejadian filariasis. Beberapa diantaranya adalah faktor lingkungan,
baik lingkungan dalam rumah maupun lingkungan luar rumah. Faktor lingkungan
dalam rumah meliputi lingkungan fisik rumah yang tidak memenuhi kriteria rumah
sehat, misalnya konstruksi plafon dan dinding rumah, pencahayaan, serta
kelembaban, sehingga mampu memicu timbulnya kejadian filariasis. Sementara itu,
faktor lingkungan luar rumah yang dimaksud adalah yang terkait dengan tempat
perkembangbiakan nyamuk sebagai vektor dari penyakit ini. Faktor ini meliputi
air yang tergenang, sawah, rawa-rawa, tumbuhan air, semak, serta kandang binatang
reservoir. Faktor risiko selanjutnya adalah kebiasaan keluar rumah pada malam
hari dan kebiasaan tidak menggunakan kelambu saat tidur. Selain itu,
pengetahuan mengenai filariasis yang akan meningkatkan kesadaran individu serta
terjadinya resistensi vektor filariasis terhadap insektisida masuk ke dalam
faktor risiko yang harus diperhatikan. Jenis kelamin, jenis pekerjaan, dan umur
juga menjadi faktor risiko dari penyakit ini.
Juriastuti, Puji,
dkk. 2010. Faktor Risiko Kejadian Filariasis di Kelurahan Jati Sampurna. Makara,
Kesehatan, Vol. 14, No. 1, Juni 2010: 31-36.
Faringitis
Faringitis
adalah peradangan pada mukosa faring.(Efiaty Arsyad
S,Dr,Sp.THT, 2000). Faringitis adalah
infeksi pada faring yang disebabkan oleh virus dan bakteri, yang ditandai oleh adanya
nyeri tenggrokan, faring eksudat dan hiperemis, demam, pembesaran limfonodi
leher dan malaise. (Vincent, 2004)
Efiaty Arsyad
S,Dr,Sp.THT, 2000, Buku Ajar Ulmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorokan, Balai
Penerbit FKUI, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar