I. JUDUL PRAKTIKUM
Pembuatan MOL dan Aplikasi
II. TUJUAN
Mengetahui cara pembuatan mikroorganisme lokal (MOL) tapai dan nasi basi serta aplikasinya.
III. METODE
A. Alat dan Bahan Pembuatan Mol Tapai dan Nasi Basi serta Aplikasinya
1. Alat
a. Botol mineral 1500 ml
b. Sendok
c. Minimal
4 orang responden yang mencium hasil MOL
2. Bahan
a. Tapai singkong 1 ons dan Nasi basi 1 kepal
b. Gula Pasir 5 sendok makan
c. Air bersih secukupnya
B. Cara Kerja
1. Skema Kerja Pembuatan MOL Tapai dan Nasi Basi
Masukkan tapai dan nasi basi ke
masing-masing botol.
|
Tambahkan Gula
Pasir 5 sendok
|
Isi air mendekati penuh
|
Kocok hingga larut
|
Biarkan selama 7
hari
|
2 botol 1.500 ml tanpa tutup
|
2.
Skema kerja setelah dibiarkan selama 7
hari
Mol tapai dan nasi basi
|
Dicium aromanya minimal oleh 4
orang
|
Hasilnya
Dicatat
|
IV.
TINJAUAN PUSTAKA
Setiap bahan organik di alam cepat atau lambat akan mengalami
proses pembusukan atau dekomposisi dan proses dekomposisi ini tentunya akan
melibatkan mikroba yang ada di lingkungan tersebut. Mikroba yang terlibat dalam
proses penguraian bahan organik ini dapat diperbanyak secara sederhana serta
murah untuk berbagai keperluan seperti mempercepat pembuatan Kompos atau Pupuk
Organik Cair (POC) dan dikenal dengan istilah Mikro-Organisma Lokal (Mulyono, 2014).
MOL (mikroorganisme lokal) merupakan kumpulan mikroorganisme yang
bisa diternakkan, yang berfungsi sebagai starter dalam pembuatan bokasi atau
kompos. Menurut Direktorat Pengelolaan Lahan, Mikro Organisme Lokal (MOL) adalah
larutan yang terbentuk dari campuran bahan-bahan alami yang disukai tanaman
sebagai media hidup dan berkembangnya mikroorganisme. MOL bermanfaat untuk
mempercepat proses penghancuran bahan-bahan organik (Juanda et. al., 2011).
Perbanyakan MOL memerlukan air kemudian bahan yang mengandung
glukosa/gula seperti gula pasir, gula merah, air kelapa atau batang tebu.
Selanjutnya diperlukan bahan yang mengandung karbohidrat/tepung seperti air
cucian beras, limbah nasi, singkong, jagung atau ubi. Terakhir adalah bahan
yang kandungan mikroba pengurainya sudah tinggi seperti buah-buahan busuk, nasi
basi, batang pisang yang sudah busuk dan sebagainya bahkan bahan organik yang
belum busuk pun bisa dimanfaatkan seperti rebung, sabut kelapa atau bahan
organik lainnya (Mulyono, 2014).
Pemanfaatan limbah pertanian seperti buah-buahan tidak layak
konsumsi untuk diolah menjadi MOL dapat meningkatkan nilai tambah limbah, serta
mengurangi pencemaran lingkungan. Larutan MOL mengandung unsur hara makro,
mikro, dan mengandung mikroorganisme yang berpotensi sebagai perombak bahan
organik, perangsang pertumbuhan, dan agen pengendali hama dan penyakit tanaman
sehingga baik digunakan sebagai dekomposer, pupuk hayati, dan pestisida
organik. Berdasarkan SMPT Harapan Rakyat, MOL yang digunakan sebagai pestisida
nabati biasanya adalah MOL yang terbuat dari urine hewan dan kotoran hewan.
Secara lebih lengkap MOL hasil fermentasi pada dasarnya dapat digunakan sebagai
kebutuhan yang lain, yaitu seperti : pupuk cair, stater dalam pembuatan kompos,
campuran minuman atau pakan ternak, campuran pakan ikan, pestisida nabati,
penguras wc, penghilang bau pada kotoran ternak, zat perangsang tumbuh (Seni et. al., 2013).
Faktor-faktor yang menentukan kualitas larutan MOL antara lain media fermentasi, kadar bahan baku atau substrat, bentuk dan sifat mikroorganisme yang aktif di dalam proses fermentasi, pH, temperatur, lama fermentasi, dan rasio C/N larutan MOL (Mulyono, 2014).
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil praktikum
pada 7 hari setelah pembuatan mol tapai dan nasi basi, selanjutnya MOL dan nasi
basi di periksa oleh minimal 4 orang responden sehingga diperoleh data sebagai
berikut:
1.
Mol Tapai
Responden 1 : Aroma alkohol tapai
Responden 2 : Aroma tapai
Responden 3 : Aroma tapai busuk
Responden 4 : Aroma tapai
Hasil pembuatan MOL tapai pada
praktikum ini adalah berhasil.
2.
Mol Nasi Basi
Responden 1 : Bau nasi basi
Responden 2 : Bau nasi basi
Responden 3 : Bau muntahan
Responden 4 : Bau busuk
Hasil pembuatan MOL nasi basi pada praktikum ini
adalah tidak berhasil/gagal.
B.
Pembahasan
MOL tapai adalah
bioaktivator yang bahan dasarnya terbuat dari tapai, baik tapai singkong maupun
tapai ketan. MOL nasi basi adalah bioaktivator yang bahan dasarnya terbuat dari
nasi basi (nasi yang berjamur berwarna kuning, jingga dan merah). Pembuatan MOL
tapai dan nasi basi pada praktikum ini, dilakukan dengan cara menyiapkan 2
botol plastik 1,5 liter tanpa tutup lalu masukkan tapai dan ke dalam masing-masign
botol, kemudian isi air ke dalam botol berisi tapai dan nasi basi hingga
mendekati penuh selanjutnya memasukkan gula pasir 5 sendok ke dalam botol
berisi tapai, nasi basi dan air kemudian di kocok-kocok agar gula melarut lalu
biarkan botol terbuka selama 7 hari agar MOL bisa bernafas. Setelah 7 hari,
larutan akan mengeluarkan bau aroma alkohol dari larutan MOL. Hal ini
menandakan bahwa MOL sudah bisa dipakai sebagai starter untuk membuat pupuk
kandang/ kompos.
Hasil praktikum MOL
tapai yang di cium oleh 4 responden sebagian besar menyatakan bahwa larutan
tersebut beraroma alkohol. Hal ini menandakan pembuatan MOL tapai telah
berhasil dan siap digunakan sebagai bioaktivator dan “starter” dalam pembuatan pupuk kandang/kompos. MOL tapai ini dapat
diaplikasikan sebagai pupuk organik cair dengan mengencerkan MOL tapai,
kemudian menyemprotkannya ke tanaman dan di upayakan agar tidak terkena batang
tanaman.
Namun, berbeda
dengan hasil praktikum MOL nasi basi, Seharusnya setelah 7 hari, MOL nasi basi
itu memiliki aroma alkohol tetapi seluruh responden yang mencium MOL nasi basi
kelompok 2 menyatakan bahwa MOL nasi basi tersebut berbau nasi basi, muntahan
dan berbau busuk. Hal tersebut menandakan bahwa pembuatan MOL nasi basi tidak
berhasil atau gagal tidak berhasil karena kurang
banyaknya salah satu komponen baik itu gula atau tepung. Ketidakberhasilan/
kegagalan MOL nasi basi pada praktikum ini lebih disebabkan karena nasi basi
yang dipakai belum berjamur. Nasi yang berjamur ditandai dengan munculnya
jamur-jamur yang berwarna kuning, jingga dan merah. Sedangkan nasi basi yang
digunakkan pada praktikum kelompok kami adalah nasi yang sudah basi dan berair
tetapi belum berjamur dan nasi masih berwarna putih, dan berbau busuk. Hal
tersebut menjadi faktor penyebab kegagalan MOL nasi basi karena belum siapnya
mikroorganisme yang ada di nasi yang basi dalam proses fermentasi.
Pembuatan
MOL yang berhasil, siap diaplikasikan untuk mempercepat pengomposan (tanpa diencerkan
terlebih dahulu), pembuatan POC atau di semprotkan langsung ke lahan pertanian
setelah diencerkan terlebih dahulu sesuai dengan kepekatan dari MOL tersebut. Namun,
MOL yang gagal ini masih bisa diaplikasikan ke lahan pertanian untuk memberikan
bahan organik tambahan kepada tanah.
VI.
KESIMPULAN
Kelompok 2 berhasil
membuat MOL tapai yang di tandai dengan adanya aroma alkohol. Sedangkan MOL
nasi basi tidak berhasil karena berbau busuk. Pembuatan MOL yang berhasil, siap diaplikasikan untuk
mempercepat pengomposan (tanpa diencerkan terlebih dahulu), pembuatan POC atau
di semprotkan langsung ke lahan pertanian setelah diencerkan terlebih dahulu
sesuai dengan kepekatan dari MOL tersebut. Dan MOL yang gagal bisa
diaplikasikan ke lahan pertanian untuk memberikan bahan organik tambahan kepada
tanah.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Farida.
2009. Pemanfaatan Limbah Buah dalam
Pembuatan MOL dengan Variasi Jenis kemasan dan Lama Fermentasi. Skripsi Jurusan
THP. Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Juanda, Irfan, dan Nurdiana. 2011. Pengaruh Metode Dan Lama
Fermentasi Terhadap Mutu Mol (Mikroorganisme Lokal) . J. Floratek 6: 140 – 143.
Mulyono. 2014.
Membuat Mol dan Kompos dari Sampah Rumah Tangga-cetakan 1. Jakarta : Agromedia
Pustaka.
Seni,
Ida Ayu Yadnya, I Wayan Dana Atmaja, Ni Wayan Sri Sutari. 2013. Analisis
Kualitas Larutan Mol (Mikoorganisme Lokal) Berbasis Daun Gamal (Gliricidia
Sepium). E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika. Issn: 2301-6515
Vol. 2, No. 2, April 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar