Minggu, 31 Agustus 2014

Pembuatan MOL dan Aplikasi



I.              JUDUL PRAKTIKUM

Pembuatan MOL dan Aplikasi


II.           TUJUAN

Mengetahui cara pembuatan mikroorganisme lokal (MOL) tapai dan nasi basi serta aplikasinya.


III.        METODE

A.    Alat dan Bahan Pembuatan Mol Tapai dan Nasi Basi serta Aplikasinya

1.      Alat

a.       Botol mineral 1500 ml

b.      Sendok

c.       Minimal 4 orang responden yang mencium hasil MOL

2.      Bahan

a.       Tapai singkong 1 ons dan Nasi basi 1 kepal

b.      Gula Pasir 5 sendok makan

c.       Air bersih secukupnya

B.       Cara Kerja

1.    Skema Kerja Pembuatan MOL Tapai dan Nasi Basi

Masukkan tapai dan nasi basi ke masing-masing botol.
                                                         Tambahkan Gula Pasir 5 sendok
Isi air mendekati penuh
                                                               Kocok hingga larut
                                                                 Biarkan selama 7 hari
2 botol 1.500 ml tanpa tutup

2.      Skema kerja setelah dibiarkan selama 7 hari
Mol tapai dan nasi basi
Dicium aromanya minimal oleh 4 orang
Hasilnya
Dicatat
 

IV.        TINJAUAN PUSTAKA
Setiap bahan organik di alam cepat atau lambat akan mengalami proses pembusukan atau dekomposisi dan proses dekomposisi ini tentunya akan melibatkan mikroba yang ada di lingkungan tersebut. Mikroba yang terlibat dalam proses penguraian bahan organik ini dapat diperbanyak secara sederhana serta murah untuk berbagai keperluan seperti mempercepat pembuatan Kompos atau Pupuk Organik Cair (POC) dan dikenal dengan istilah Mikro-Organisma Lokal (Mulyono, 2014).
MOL (mikroorganisme lokal) merupakan kumpulan mikroorganisme yang bisa diternakkan, yang berfungsi sebagai starter dalam pembuatan bokasi atau kompos. Menurut Direktorat Pengelolaan Lahan, Mikro Organisme Lokal (MOL) adalah larutan yang terbentuk dari campuran bahan-bahan alami yang disukai tanaman sebagai media hidup dan berkembangnya mikroorganisme. MOL bermanfaat untuk mempercepat proses penghancuran bahan-bahan organik (Juanda et. al., 2011).
Perbanyakan MOL memerlukan air kemudian bahan yang mengandung glukosa/gula seperti gula pasir, gula merah, air kelapa atau batang tebu. Selanjutnya diperlukan bahan yang mengandung karbohidrat/tepung seperti air cucian beras, limbah nasi, singkong, jagung atau ubi. Terakhir adalah bahan yang kandungan mikroba pengurainya sudah tinggi seperti buah-buahan busuk, nasi basi, batang pisang yang sudah busuk dan sebagainya bahkan bahan organik yang belum busuk pun bisa dimanfaatkan seperti rebung, sabut kelapa atau bahan organik lainnya (Mulyono, 2014).
Pemanfaatan limbah pertanian seperti buah-buahan tidak layak konsumsi untuk diolah menjadi MOL dapat meningkatkan nilai tambah limbah, serta mengurangi pencemaran lingkungan. Larutan MOL mengandung unsur hara makro, mikro, dan mengandung mikroorganisme yang berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang pertumbuhan, dan agen pengendali hama dan penyakit tanaman sehingga baik digunakan sebagai dekomposer, pupuk hayati, dan pestisida organik. Berdasarkan SMPT Harapan Rakyat, MOL yang digunakan sebagai pestisida nabati biasanya adalah MOL yang terbuat dari urine hewan dan kotoran hewan. Secara lebih lengkap MOL hasil fermentasi pada dasarnya dapat digunakan sebagai kebutuhan yang lain, yaitu seperti : pupuk cair, stater dalam pembuatan kompos, campuran minuman atau pakan ternak, campuran pakan ikan, pestisida nabati, penguras wc, penghilang bau pada kotoran ternak, zat perangsang tumbuh (Seni et. al., 2013).

Faktor-faktor yang menentukan kualitas larutan MOL antara lain media fermentasi, kadar bahan baku atau substrat, bentuk dan sifat mikroorganisme yang aktif di dalam proses fermentasi, pH, temperatur, lama fermentasi, dan rasio C/N larutan MOL (Mulyono, 2014).


V.           HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil

Hasil praktikum pada 7 hari setelah pembuatan mol tapai dan nasi basi, selanjutnya MOL dan nasi basi di periksa oleh minimal 4 orang responden sehingga diperoleh data sebagai berikut:


1.      Mol Tapai
Responden 1 : Aroma alkohol tapai
Responden 2 : Aroma tapai
Responden 3 : Aroma tapai busuk
Responden 4 : Aroma tapai
Hasil pembuatan MOL tapai pada praktikum ini adalah berhasil.
2.      Mol Nasi Basi
Responden 1 : Bau nasi basi
Responden 2 : Bau nasi basi
Responden 3 : Bau muntahan
Responden 4 : Bau busuk
Hasil pembuatan MOL nasi basi pada praktikum ini adalah tidak berhasil/gagal.

B.     Pembahasan
MOL tapai adalah bioaktivator yang bahan dasarnya terbuat dari tapai, baik tapai singkong maupun tapai ketan. MOL nasi basi adalah bioaktivator yang bahan dasarnya terbuat dari nasi basi (nasi yang berjamur berwarna kuning, jingga dan merah). Pembuatan MOL tapai dan nasi basi pada praktikum ini, dilakukan dengan cara menyiapkan 2 botol plastik 1,5 liter tanpa tutup lalu masukkan tapai dan ke dalam masing-masign botol, kemudian isi air ke dalam botol berisi tapai dan nasi basi hingga mendekati penuh selanjutnya memasukkan gula pasir 5 sendok ke dalam botol berisi tapai, nasi basi dan air kemudian di kocok-kocok agar gula melarut lalu biarkan botol terbuka selama 7 hari agar MOL bisa bernafas. Setelah 7 hari, larutan akan mengeluarkan bau aroma alkohol dari larutan MOL. Hal ini menandakan bahwa MOL sudah bisa dipakai sebagai starter untuk membuat pupuk kandang/ kompos.
Hasil praktikum MOL tapai yang di cium oleh 4 responden sebagian besar menyatakan bahwa larutan tersebut beraroma alkohol. Hal ini menandakan pembuatan MOL tapai telah berhasil dan siap digunakan sebagai bioaktivator dan “starter” dalam pembuatan pupuk kandang/kompos. MOL tapai ini dapat diaplikasikan sebagai pupuk organik cair dengan mengencerkan MOL tapai, kemudian menyemprotkannya ke tanaman dan di upayakan agar tidak terkena batang tanaman.
Namun, berbeda dengan hasil praktikum MOL nasi basi, Seharusnya setelah 7 hari, MOL nasi basi itu memiliki aroma alkohol tetapi seluruh responden yang mencium MOL nasi basi kelompok 2 menyatakan bahwa MOL nasi basi tersebut berbau nasi basi, muntahan dan berbau busuk. Hal tersebut menandakan bahwa pembuatan MOL nasi basi tidak berhasil atau gagal tidak berhasil karena kurang banyaknya salah satu komponen baik itu gula atau tepung. Ketidakberhasilan/ kegagalan MOL nasi basi pada praktikum ini lebih disebabkan karena nasi basi yang dipakai belum berjamur. Nasi yang berjamur ditandai dengan munculnya jamur-jamur yang berwarna kuning, jingga dan merah. Sedangkan nasi basi yang digunakkan pada praktikum kelompok kami adalah nasi yang sudah basi dan berair tetapi belum berjamur dan nasi masih berwarna putih, dan berbau busuk. Hal tersebut menjadi faktor penyebab kegagalan MOL nasi basi karena belum siapnya mikroorganisme yang ada di nasi yang basi dalam proses fermentasi.
Pembuatan MOL yang berhasil, siap diaplikasikan untuk mempercepat pengomposan (tanpa diencerkan terlebih dahulu), pembuatan POC atau di semprotkan langsung ke lahan pertanian setelah diencerkan terlebih dahulu sesuai dengan kepekatan dari MOL tersebut. Namun, MOL yang gagal ini masih bisa diaplikasikan ke lahan pertanian untuk memberikan bahan organik tambahan kepada tanah.

VI.             KESIMPULAN
Kelompok 2 berhasil membuat MOL tapai yang di tandai dengan adanya aroma alkohol. Sedangkan MOL nasi basi tidak berhasil karena berbau busuk. Pembuatan MOL yang berhasil, siap diaplikasikan untuk mempercepat pengomposan (tanpa diencerkan terlebih dahulu), pembuatan POC atau di semprotkan langsung ke lahan pertanian setelah diencerkan terlebih dahulu sesuai dengan kepekatan dari MOL tersebut. Dan MOL yang gagal bisa diaplikasikan ke lahan pertanian untuk memberikan bahan organik tambahan kepada tanah.

VII.     DAFTAR PUSTAKA


Farida. 2009. Pemanfaatan Limbah Buah dalam Pembuatan MOL dengan Variasi Jenis kemasan dan Lama Fermentasi. Skripsi Jurusan THP. Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

Juanda, Irfan, dan Nurdiana. 2011. Pengaruh Metode Dan Lama Fermentasi Terhadap Mutu Mol (Mikroorganisme Lokal) . J. Floratek 6: 140 – 143.

Mulyono. 2014. Membuat Mol dan Kompos dari Sampah Rumah Tangga-cetakan 1. Jakarta : Agromedia Pustaka.

Seni, Ida Ayu Yadnya, I Wayan Dana Atmaja, Ni Wayan Sri Sutari. 2013. Analisis Kualitas Larutan Mol (Mikoorganisme Lokal) Berbasis Daun Gamal (Gliricidia Sepium). E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika. Issn: 2301-6515 Vol. 2, No. 2, April 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar