A.
Latar
Belakang
Makanan memiliki arti penting dalam kehidupan
manusia. Selain menyediakan zat-zat yang diperlukan untuk sumber tenaga dan
pertumbuhan, makanan juga menyediakan zat-zat yang diperlukan untuk mendukung
kehidupan tubuh yang sehat. Karena itu untuk meningkatkan kehidupan manusia
diperlukan adanya persediaan makanan yang memadai baik dari segi kualitas
maupun kuantitas. Dari segi kualitas, selain mengandung semua zat yang
diperlukan oleh tubuh makanan juga harus memenuhi syarat keamanan (Suryani,
2014).
Makanan yang aman merupakan faktor yang penting
untuk meningkatkan derajat kesehatan. Dalam Undang-undang RI No. 7 Tahun 1996
tentang pangan, keamanan pangan didefinisikan sebagai kondisi dan upaya yang
diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia,
benda-benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan
manusia. Penyakit yang ditimbulkan karena pangan yang tercemar telah menjadi
masalah di dunia. Berdasarkan analisis data yang berhasil dihimpun saat ini,
kasus-kasus penyakit bawaan makanan (foodborne disease) atau keracunan
makanan masih cukup tinggi tahun (Amelia dkk,
2014).
Peningkatan
kesehatan lingkungan dimaksudkan untuk perbaikan mutu lingkungan hidup yang
dapat menjamin kesehatan melalui kegiatan peningkatan sanitasi, dasar kondisi
fisik dan biologis yang tidak baik termasuk berbagai akibat sampingan
pembangunan. Sanitasi dasar meliputi penyehatan air bersih, penyehatan
pembuangan kotoran, penyehatan lingkungan perumahan, penyehatan air buangan/limbah,
pengawasan sanitasi tempat umum dan penyehatan makanan dan minuman (Hiswani,
2003).
B.
Tujuan
Mengetahui
cara Pengambilan Sampel makanan dengan baik dan prosedur Pengiriman Sampel ke
Laboratorium.
C.
Tinjauan Pustaka
Makanan merupakan
kebutuhan dasar manusia untuk melanjutkan kehidupan. Makanan yang dibutuhkan
harus sehat dalam arti memiliki nilai gizi yang optimal seperti: vitamin,
mineral, hidrat arang, lemak, dan lainnya (Djarismawati, 2004). Penyelenggaraan
makanan di luar lingkungan keluarga diperlukan oleh sekelompok konsumen karena
berbagai hal tidak dapat makan bersama dengan keluarganya di rumah.
Menurut WHO, makanan adalah semua substansi yang
dibutuhkan oleh tubuh tidak termasuk air, obat-obatan, dan substansi-substansi
lain yang digunakan untuk pengobatan (Chandra, 2007). Makanan jajanan adalah
makanan dan minuman yang diolah oleh pembuat makanan di tempat penjualan dan
disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang
disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel (Depkes RI, 2003). Makanan
mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya,
dimana makanan memiliki fungsi sebagai berikut:
a.
Makanan
sebagai sumber energi, yaitu makanan memberikan panas dan tenaga pada tubuh.
b.
Makanan
sebagai zat pembangun, yaitu membangun jaringan tubuh yang baru, memelihara dan
memperbaiki jaringan tubuh yang sudah tua.
c.
Makanan
sebagai zat pengatur, yaitu mengatur proses alamiah, kimiawi, dan proses faal
dalam tubuh.
Menurut KMK No. 942 tentang pedoman persyaratan higiene sanitasi
makanan, Higiene sanitasi makanan adalah upaya untuk
mengendalikan faktor makanan, orang, tempat, dan perlengkapannya yang dapat
menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan. Persyaratan higiene sanitasi
adalah ketentuan-ketentuan teknis yang ditetapkan terhadap produk rumah makan
dan restoran, dan perlengkapannya yang meliputi persyaratan bakteriologis,
kimia, dan fisika (Depkes RI, 2003).
Teknik pengambilan
sampel makanan harus dilakukan dengan benar. Tidak tepat dalam pengambilan
sampel, hasil analisis kimia yang diperoleh tidak dapat menggambarkan kondisi
yang representatif atau mewakili keseluruhan dari bahan yang akan dianalisis.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka dalam pengambilan sampel perlu diperhatikan
beberapa parameter sebagai berikut :
1. Homogenitas
Sampel
Efek
ukuran dan berat partikel sangat berpengaruh terhadap homogenitas bahan, dimana
bagian yang berukuran dan berat lebih besar cenderung akan berpisah dengan
bagian yang lebih kecil dan ringan (segregasi). Oleh karena itu sebelum sampel
diambil, bahan harus dicampur secara merata atau sampel diambil secara acak
dari beberapa bagian baik bagian dasar, tengah maupun bagian atas sehingga
diperoleh sampel yang representatif. Demikian juga pada tanaman disuatu lahan,
kualitas pada tiap bagian tanaman atau lahan mempunyai kualitas yang berbeda.
2. Cara
Pengambilan Sampel
Sampel
dari bahan dapat diambil secara non-selektif atau selektif. Non-selektif adalah
pengambilan sampel secara acak dari keseluruhan bahan tanpa memperhatikan atau
memisahkan bagian dari bahan tersebut.
3. Jumlah
Sampel
Jumlah
sampel yang diambil akan sangat berpengaruh terhadap tingkat representatif
sampel yang diambil. Jumlah sampel yang diambil tergantung dari kebutuhan untuk
evaluasi dan jumlah bahan yang diambil sampelnya. Sebagai pedoman jumlah sampel
yang diambil adalah 10 persen dari jumlah bahan.
4. Penanganan
Sampel
Sampel
yang telah diambil harus segera diamankan agar tidak rusak atau berubah
sehingga mempunyai sifat yang berbeda dari mana sampel tersebut diambil.
Misalnya terjadi penguapan air, pembusukan ataupun tumbuhnya jamur. Sampel yang mempunyai kadar air rendah
(kurang dari 15 persen) kemungkinan terjadinya kerusakan sampel kecil sekali.
Sampel demikian dapat langsung dimasukkan ke kantong plastik dan dibawa ke
laboratorium. Sampel dengan kadar air tinggi seperti silase, maka kemungkinan
terjadinya penguapan air sangat besar. Sehingga untuk mengontrol penguapan air,
maka sampel yang telah diambil harus segera ditimbang, dimasukkan ke dalam
kantong plastik kedap udara, dibawa ke laboratorium dan segera dianalisis kadar
bahan keringnya. Jika tidak dianalisis segera maka sampel yang telah diambil
segera timbang, dikeringkan atau dijemur sampai beratnya konstan. Kemudian baru
dibawa ke laboratorium.
5. Prosesing
Sampel
Untuk
tujuan evaluasi terutama evaluasi secara mikroskopis, kimia dan biologis, semua
sampel harus digiling sehingga diperoleh
sampel yang halus.
D.
Metode
1.
Alat
a. Kantong
plastik tebal
b. Icebox
(untuk sampel yang mudah busuk)
c. Label
d. Alat
tulis
2.
Bahan
Sampel makanan yang akan diperiksa,
3.
Cara Kerja
E.
Hasil
A. Data Umum
1. Nama
Pemilik :
Yani
2. Pendidikan : SMP
3. Alamat :
Kalibener
4. Lama
Berjualan : ±
30 tahun
5. Jenis
Makanan :
Otak-otak
6. Jumlah
Karyawan/Penjamah : 2
7. No.
Ijin Usaha :
-
8. Nama
Pemeriksa :
Kelompok 6
9. Tanggal
Pemeriksaan : 18
November 2014
B. Data Khusus
Bahan Baku
1. Bahan
baku berasal dari mana?
Jawab : dari pemasok. Bahan baku
seperti Ikan segar, garam, penyedap rasa, tepung tapioka, Essence udang.
2. Waktu
membeli bahan baku? -
3. Berapa
hari sekali membeli bahan baku? -
4. Tempat
penyimpanan bahan baku? -
Pengolahan Makanan
1. Apakah
mengolah makanan sendiri? Jawab : Iya.
2. Berapa
lama mengolah makanan? -
3. Apakah
penjamah makanan paham tentang bahan tambahan makanan? -
4. Apakah
dalam pengolahan makanan penjamah menambahkan bahan tambahan makanan? -
5. Jika
iya, bahan tambahan makanan yang digunakan apa? Tujuan penambahan bahan
tambahan makanan apa? -
6. Berapa
takaran penambahan bahan tambahan makanan? -
Penyimpanan makanan Jadi
1. Apakah
makanan jadi ditempatkan diwadah tertutup dan terlindungi dari pencemar dan
binatang pengganggu? -
2. Berapa
lama penyimpanan bahan makanan? -
3. Jika
tidak habis apakah makanan tersebut dijual kembali? -
4. Apakah
keluarga dan penjamah juga ikut mengkonsumsi makanan yang di jual? Jawab: iya.
F.
Pembahasan
1. Pembahasan
Hasil
Praktikum
pengambilan sampel makanan dan pengiriman sampel ke laboratorium bertujuan
untuk mengetahui cara pengambilan sampel yang baik dan prosedur pengiriman
sampel ke laboratorium. Cara kerja pengambilan sampel dengan langkah pertama
yaitu menentukan lokasi yang akan diambil sampel makanan yaitu lokasi Pasar
Manis Purwokerto dengan sampel makanan otak-otak ikan. Pengambilan sampel
dilakukan dengan cara membeli otak-otak kemudian mewawancarai penjual otak-otak
di Pasar Manis yang bernama Mba Yani. Beliau berpendidikan SMP dan bertempat
tinggal di Kalibener dengan lama berjualan ± 30 tahun.
Setelah itu, sampel makanan yang berupa otak-otak tersebut di kirim ke
laboratorium.
Pengambilan
sampel adalah tahap awal dalam proses dimana data hasil karakteristik suatu
bahan makanan yang dikumpulkan untuk pengujian. Suatu sampel makanan harus
representatif (mewakili) seluruh bagian makanan. Pengambilan sampel dilakukan
dalam rangka penghematan biaya, tenaga dan waktu. Cara pengambilan sampel harus
ditentukan berdasarkan tujuan praktikum, kondisi bahan makanan yang akan di
jadikan sampel dan lain-lain.
Pada praktikum
ini, sampel yang diambil adalah otak-otak. Otak-otak merupakan salah satu
makanan jajanan yang dikategorikan makanan jajanan tradisional dan terbuat dari
ikan, kemudian dihaluskan dan dibumbui (Harsojo dkk, 2012). Bahan baku otak-otak yaitu Ikan segar, garam, penyedap
rasa, tepung tapioka, dan essence
udang. Penjual mendapatkan otak-otak dari pemasok. Otak-otak ditempatkan
diwadah yang tertutup dan terlindungi dari pencemar (kontaminan) dan binatang
pengganggu.
Metode
pengambilan sampel bahan makanan yang digunakan adalah metode acak atau Random Sampling. Metode ini memungkinkan
setiap kelompok praktikum mendapatkan kesempatan/peluang yang sama terhadap
suatu sampel-sampel makanan. Penentuan sampel dilakukan oleh asisten dengan cara
acak/dikocok, kemudian didapatkan hasil bahwa kelompok 6 mendapat kesempatan
untuk mengambil sampel bahan makanan otak-otak dan melakukan pemeriksaan
terhadap otak-otak. Pengambilan sampel otak-otak di Pasar Manis memiliki
beberapa keuntungan seperti lebih murah karena biaya yang dikeluarkan untuk
membeli sampel makanan tidak terlalu banyak, lebih mudah karena makanan
otak-otak mudah di peroleh di pasar-pasar tradisional, lebih cepat diperoleh
karena lebih sedikitnya subyek sehingga hasil yang didapatkan lebih akurat, mewakili
seluruh otak-otak di pasar yang bersangkutan, lebih spesifik untuk meneliti
sampel makanan otak-otak.
2. Faktor-Faktor
yang mempengaruhi
Makanan dapat merupakan sumber penularan
penyakit apabila kebersihan dalam penyelenggaraan makanan tidak dipelihara
sebagaimana mestinya. Makanan harus murni dan utuh dalam arti tidak mengandung
bahan pencemar serta harus higiene. Bila salah satu faktor tersebut terganggu
makanan yang dihasilkan akan menimbulkan gangguan kesehatan dan penyakit bahkan
keracunan makanan (Musadad, 2009). Menurut Chandra (2007), faktor yang
mempengaruhi sanitasi makanan adalah faktor makanan, manusia, dan peralatan.
a. Faktor
makanan
Hal-hal yang perlu diperhatikan
berkaitan dengan faktor makanan, antara lain sumber bahan makanan, pengangkutan
bahan makanan, penyimpanan bahan makanan, pengolahan makanan, penyajian
makanan, penyimpanan makanan jadi.
b. Faktor
Manusia
Orang-orang yang bekerja pada
tahapan dasar juga harus memenuhi persyaratan sanitasi seperti kesehatan dan
kebersihan mulut, gigi, tangan, tidak menderita penyakit infeksi, dan bukan
carrier dari suatu penyakit menular
c. Faktor
Peralatan
Kebersihan dan cara penyimpanan
peralatan pengolah makanan harus juga memenuhi syarat sanitasi.
Sanitasi makanan merupakan upaya-upaya yang
ditujukan untuk kebersihan dan keamanan makanan agar tidak menimbulkan bahaya
keracunan dan penyakit pada manusia (Chandra, 2007). Sedangkan menurut
Oginawati (2008), sanitasi makanan adalah upaya pencegahan terhadap kemungkinan
bertumbuh dan berkembangbiaknya jasad renik pembusuk dan patogen dalam makanan
yang dapat merusak makanan dan membahayakan kesehatan manusia.
Tujuan dari sanitasi makanan antara lain:
menjamin keamanan dan kebersihan makanan, mencegah penularan wabah penyakit,
mencegah beredarnya produk makanan yang merugikan masyarakat, mengurangi
tingkat kerusakan atau pembusukan pada makanan, melindungi konsumen dari
kemungkinan terkena penyakit yang disebarkan oleh perantara perantara makanan.
Selain itu menurut Chandra (2006) dan
Oginawati (2008), di dalam upaya sanitasi makanan, terdapat 6 tahapan yang
harus diperhatikan yaitu:
a.
Keamanan
dan kebersihan produk makanan yang diproduksi.
b.
Kebersihan
individu dalam pengolahan produk makanan
c.
Keamanan
terhadap penyediaan air bersih
d.
Pengelolaan
pembuangan air limbah dan kotoran
e.
Perlindungan
makanan terhadap kontaminasi selama proses pengolahan, penyajian dan
penyimpanan
f.
Pencucian,
pembersihan, dan penyimpanan alat-alat atau perlengkapan
3.
Prinsip Higiene Sanitasi Makanan
Prinsip higiene sanitasi
makanan adalah pengendalian terhadap empat faktor yaitu tempat atau bangunan,
peralatan, orang dan bahan makanan. Keempat faktor tersebut dikendalikan
melalui 6 (enam) prinsip higiene sanitasi makanan yaitu (Depkes RI, 2003) :
Prinsip
I : Pemilihan Bahan Makanan
Kualitas bahan makanan yang baik dapat dilihat
melalaui ciri-ciri fisik dan mutunya dalam hal bentuk, warna, kesegaran, bau,
dan lainnya. Bahan makanan yang baik terbebas dari kerusakan dan pencemaran
termasuk pencemaran oleh bahan kimia seperti pestisida (Kusmayadi, 2008).
Sumber bahan makanan yang baik adalah (Depkes RI, 2004) :
a.
Pusat
penjualan bahan makanan dengan sistem pengaturan suhu yang dikendalikan dengan
baik misalnya swalayan.
b.
Tempat-tempat
penjualan bahan makanan yang diawasi oleh pemerintah daerah dengan baik.
Prinsip II : Penyimpanan Bahan Makanan
Bahan makanan yang digunakan dalam proses
produksi, baik bahan baku, bahan tambahan maupun bahan penolong, harus disimpan
dengan cara penyimpanan yang baik karena kesalahan dalam penyimpanan dapat berakibat
penurunan mutu dan keamanan makanan (Depkes RI, 2004).
Prinsip
III : Pengolahan Makanan
Pengolahan makanan adalah proses pengubahan
bentuk dari bahan mentah menjadi makanan siap santap. Pengolahan makanan
yang baik adalah yang mengikuti kaidah dari prinsip-prinsip higiene dan
sanitasi. Semua kegiatan pengolahan makanan harus dilakukan dengan cara
terlindung dari kontak langsung dengan tubuh. Perlindungan kontak langsung
dengan makanan dilakukan dengan jalan menggunakan sarung tangan plastik, penjepit
makanan (Arisman, 2009).
Prinsip
IV : Penyimpanan Makanan Jadi
Prinsip penyimpanan makanan terutama ditujukan
untuk mencegah pertumbuhan dan perkembangan bakteri, mengawetkan makanan dan
mengurangi pembusukan, mencegah timbulnya sarang hama
Prinsip
V : Pengangkutan Makanan
Makanan yang berasal dari tempat pengolahan
memerlukan pengangkutan untuk disimpan, kemungkinan pengotoran makanan terjadi
sepanjang pengangkutan, bila cara pengangkutan kurang tepat dan alat angkutnya
kurang baik dari segi kualitasnya baik/buruknya pengangkutan dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti tempat/alat
pengangkut, tenaga
pengangkut, tekhnik
pengangkutan, syarat-
syarat pengangkutan makanan memenuhi aturan sanitasi, alat/tempat pengangkutan harus bersih, cara pengangkutan makanan harus benar dan
tidak terjadi kontaminasi selama pengangkutan, pengangkutan makanan yang melewati daerah
kotor harus dihindari, cara pengangkutan harus dilakukan dengan mengambil jalan singkat.
Prinsip
VI : Penyajian Makanan
Penyajian makanan yang menarik akan memberikan
nilai tambah dalam menarik pelanggan. Teknis penyajian makanan untuk konsumen
memiliki berbagai cara asalkan memperhatikan kaidah sanitasi yang baik.
Penggunaan pembungkus seperti plastik, kertas, atau boks plastik harus dalam
keadaan bersih dan tidak berasal dari bahan-bahan yang menimbulkan racun.
G.
Kesimpulan
Cara
pengambilan sampel dan pengiriman sampel ke laboratorium harus dilakukan secara
benar sehingga dapat menggambarkan kondisi yang representatif atau mewakili
keseluruhan dari bahan yang akan dianalisis. Pengambilan sampel dan pengiriman
sampel ke laboratorium berasaskan kaidah sanitasi dan memperhatikan faktor
lingkungan yang sesuai agar sampel tidak mengalami kerusakan.
H.
Daftar Pustaka
Amelia,
R; Endrinaldi; Zulkarnain Edward . 2014. Identifikasi dan Penentuan Kadar
Boraks dalam Lontong yang Dijual di Pasar Raya Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(3).
Arisman.
2009. Keracunan Makanan: Buku Ajar Ilmu
Gizi. Jakarta : EGC.
Chandra, Budiman. 2007. Pengantar
Kesehatan Lingkungan. Jakarta : EGC.
Departemen
Kesehatan RI. 2003. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI.
Departemen
Kesehatan RI. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
715/Menkes/SK/V/2003 tentang Persyaratan Higiene dan Sanitasi Jasaboga.
Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Djarismawati.
2004. Pengetahuan Dan Perilaku Penjamah Tentang Sanitasi Pengolahan Makanan
Pada Instalasi Gizi Rumah Sakit Di Jakarta, http://www.litbang.Depkes
RI.go.id/media/data/sanitasi.pdf.
Harsojo dan Kadir I. 2012. Penggunaan
Formalin dan Boraks serta Kontaminasi Bakteri pada Otak-Otak. J. Iptek
Nuklir Ganendra Vol. 16 No. 1, Januari 2013 : 9 – 17. ISSN 1410-6987.
Hiswani. 2003. Diare
Merupakan Salah Satu Masalah Kesehatan Masyarakat Yang Kejadiannya Sangat Erat
Dengan Keadaan Sanitasi Lingkungan. http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-hiswani7.pdf.
USU Digital Library,
Kusmayadi, Ayi
dan Dadang Sukandar. 2008. Cara Memillih
dan Mengolah Makanan Untuk Perbaikan Gizi Masyarakat. http://databasedeptan.go.id.
Musadad, D Anwar. 2009. Perilaku Petugas dalam Pengelolaan Makanan di
Rumah Sakit. http://www.cermindunia kedokteran.com/14Perilaku
Petugas100.html.
Oginawati, K.
2008. Sanitasi Makanan. Bandung :
Penerbit ITB
Suryani, D. 2014. Keberadaan Angka Kuman Ikan Bawal Bakar dan Peralatan
Makan Bakar. Jurnal Kesehatan Masyarakat (KEMAS) KEMAS 9 (2)
(2014) 191-196. http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas.
I.
Lampiran
Acara Pengambilan Sampel
Sampel makanan otak-otak
Cara pengambilan sampel makanan dan Usap Alat Makan untuk uji raboratorium
BalasHapuskeluarkan alat-alat dan bahan yang berada dalam box sampel diantaranya :
Larutan Alkohol
Larutan Buffer Phosfat
botol Lidi khapas yang telah disterilkan menggunakan Oven
piring
kompor spiritus
sendok dan garpu untuk usap alat
plastik klip
Botol steril yang sudah disterilkan menggunakan Oven
Petri dish yang sudah disterilkan menggunakan Oven
Pinset yang sudah disterilkan menggunakan Oven
minuman yang sudah jadi dan minuman kemasan
makanan Kemasan dan makanan basah
https://cai-astriani.blogspot.com/2020/03/cara-pengambilan-sampel-makanan-dan.html