I. JUDUL PRAKTIKUM
Pemeriksaan Angka Kuman di Udara
II. TUJUAN
Mengetahui angka kuman yang terdapat pada suatu ruangan.
III. METODE
A. Alat
1. Cawan Petri
2. Colony counter
3. Inkubator
4. Higrometer
B. Bahan
1. Alkohol
2. Media PCA
3. Udara dalam Ruangan
C. Cara Kerja
Skema kerja pemeriksaan angka kuman di udara pada suatu ruangan
Letakkan pada suatu ruangan
|
Diamkan 15-30 menit
|
Tutup media PCA
|
Inkubasi 37 °C
|
Hitung angka kuman
|
Buka
Media PCA
|
Hasil
|
Cuci
tangan dengan Alkohol
|
Higrometer
|
IV. TINJAUAN PUSTAKA
Udara sebagai salah satu komponen lingkungan merupakan kebutuhan yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan. Metabolisme dalam tubuh makhluk hidup tidak mungkin dapat berlangsung tanpa oksigen yang berasal dari udara. Selain oksigen, terdapat zat-zat lain yang terkandung di udara, yaitu karbon monoksida, karbon dioksida, formaldehid, jamur,virus,dan sebagainya. Peningkatan konsentrasi zat-zat di dalam udara dapat disebabkan oleh aktivitas manusia. Udara dapat dikelompokkan menjadi, udara luar ruangan (outdoor air) dan udara dalam ruangan (indoorair ). Kualitas udara dalam ruang sangat mempengaruhi kesehatan manusia karena hampir 90% hidup manusia berada dalam ruangan KeputusanMenteri Kesehatan RI No.1405/MENKES/SK/XI/2002 dalam keputusan tersebut dinyatakan bahwa Angka kuman kurang dari 770 koloni/ udara, bebas kuman pathogen (Fitria, 2009).
Jumlah koloni mikroorganisme di udara tergantung pada aktifitas dalam ruangan serta banyaknya debu dan kotoran lain. Ruangan yang kotor akan berisi udara yang banyak mengandung mikroorganisme dari pada ruangan yang bersih (Moerdjoko, 2004).
Sumber penyebab polusi udara dalam ruangan berhubungan dengan bangunan itu sendiri, perlengkapan dalam bangunan (karpet, AC, dan sebagainya), kondisi angunan, suhu, kelembaban, pertukaran udara, dan hal-hal yang berhubungan dengan perilaku orang-orang yang berada di dalam ruangan, misalnya merokok. Sumber polusi udara dalam ruang selain dapat berasal dari bahan-bahan sintetis dan beberapa bahan alamiah yang digunakan untuk karpet, busa, pelapis dinding, dan perabotan rumah tangga (asbestos, formaldehid, VOC), juga dapat berasal dari produk konsumsi (pengkilap perabot, perekat, kosmetik, pestisida/insektisida) (Fitria, 2009).
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil pemeriksaan angka kuman yang terdapat di ruangan Ka. Prodi dan
Karyawan PJKR adalah sebagai berikut:
1. Luas ruangan Ka. Prodi dan karyawan PJKR adalah 39 .
2. Tidak memiliki Ventilasi.
3. Penggunaan AC pada hari ini yaitu selama 8 jam.
4. Kapasitas ruang Ka. Prodi dan karyawan PJKR adalah 30 orang.
5. Kebersihan ruang dengan di sapu setiap hari.
6. Pembersihan AC (hanya salurannya saja yang dibersihkan, AC-nya belum pernah di bersihkan).
7. Suhu ruangan (dry = 28 °C, wet = 27 °C, Kelembaban = 92 %).
8. Perhitungan Angka Kuman di Udara yaitu sebagai berikut :
Diketahui:
S jasad renik =
1 cm
r = 4 cm,
=
16
= 2,5
L agar cawan =
= 3,14 x 2,5 = 7,85
Jawaban
perhitungan:
S angka kuman =
1 x
=
18,34 koloni
Jadi, di dalam ruangan Ka. Prodi dan karyawan PJKR
terdapat 18,34 koloni kuman di udara.
B.
Pembahasan
Praktikum ini bertujuan untuk
mengetahui angka kuman yang terdapat pada suatu ruangan. Praktikum dilakukan
dengan media PCA (Plate Count Agar) dan untuk
menghitung jumlah koloni kuman dengan menggunakan Colony counter. Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum yaitu
cawan petri, colony counter, inkubator, media PCA, udara dalam ruangan.
Prosedur kerja pemeriksaan angka kuman
di udara yaitu pertama mencuci tangan dengan alkohol, kemudian membuka media
PCA (Plate Count Agar) dan diletakkan pada ruangan Ka. Prodi dan Karyawan PJKR.
Letakkan pula Higrometer pada ruangan Ka. Prodi dan Karyawan PJKR untuk
mengukur kelembaban ruangan. Kemudian diamkan selama 15 menit lalu
diinkubasikan dengan suhu 37 °C, dan
selanjutnya hitung angka kuman di ruangan tersebut dan catat hasilnya.
Praktikum pemerikasaan angka kuman di
udara dilaksanakan di ruang Ka. Prodi dan Karyawan PJKR. Ruangan tersebut memiliki luas 39
. Berdasarkan anggapan kelompok 2,
ruangan yang diperiksa dapat di tempati oleh 30 orang. Ruangan tersebut
ditempati oleh 4 orang karyawan lengkap beserta meja, kursi, AC tetapi tidak
memiliki ventilasi. Untuk mencegah timbulnya gangguan
kesehatan dan pencemaran lingkungan di perkantoran sehingga diperlukan
adanya penyehatan lingkungan kerja perkantoran khususnya penyehatan udara
ruangan.
Menurut KMK No. 1405/MENKES/SK/XI/2002
tentang persyaratan kesehatan
lingkungan kerja perkantoran dan
industri, Penyehatan
udara ruang adalah upaya yang dilakukan agar suhu dan kelembaban, debu,
pertukaran udara, bahan pencemar dan mikroba di ruang kerja memenuhi
persyaratan kesehatan.
Berdasarkan hasil pengukuran Suhu
ruangan diperoleh data dry = 28 °C, wet = 27 °C.
Hal tersebut menunjukkan suhu di ruang Ka. Prodi dan
karyawan memenuhi persyaratan kesehatan karena
sesuai dengan KMK No.
1405/MENKES/SK/XI/2002 yang menjelaskan suhu yang memenuhi parsyaratan
kesehatan adalah antara 18-28 °C.
Menurut KMK No. 1405/MENKES/SK/XI/2002
mengenai kelembaban yaitu kelembaban yang memenuhi parsyaratan kesehatan adalah
antara 40-60 %. Dan hasil pengukuran
kelembaban pada ruangan menunjukkan angka 92 %. Hal tersebut menandakan
kelembaban di ruang Ka. Prodi dan karyawan masih belum
memenuhi persyaratan kesehatan karena tidak sesuai dengan persyaratan
kesehatan ruangan. Oleh karena kelembaban udara ruang
kerja yang melebihi 60 % maka ruang tersebut perlu menggunakan alat
dehumidifier.
Berdasarkan hasil wawancara dengan
karyawan menunjukkan bahwa untuk menghilangkan debu, ruangan selalu di sapu dan
di pel secara rutin setiap hari. Kegiatan membersihkan ruangan tersebut dapat
mengurangi kandungan debu di dalam udara ruang kerja perkantoran sehingga
memenuhi persyaratan kesehatan.
Namun, ia juga menyatakan bahwa AC
digunakan setiap hari dan belum pernah dibersihkan, hanya pembersihan saluran
pembuangan saja. Hal itu merupakan salah satu penyebab
meningkatnya angka kuman udara ruangan karena penggunaan AC dan AC yang jarang
dibersihkan sehingga menjadi tempat nyaman bagi mikroorganisme untuk berbiak.
Angka kuman udara sendiri merupakan jumlah dari sampel angka kuman udara dari
suatu ruangan atau tempat tertentu yang diperiksa. Hitung angka kuman bertujuan
untuk mengetahui jumlah bakteri pada sampel. Hasil perhitungan angka kuman di
udara menunjukkan bahwa ruangan tersebut memiliki 18,34 koloni kuman. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa angka kuman di ruangan tersebut masih dalam kategori
bebas pathogen.
Namun, kondisi AC yang tidak pernah dibersihkan tersebut
dapat mengakibatkan kualitas udara dalam ruangan menurun dan dapat menimbulkan
berbagai gangguan kesehatan yang disebut sebagai Sick Building Syndrome (SBS) atau Tight Building Syndrome (TBS) (Juarsih, 2013).
Banyaknya aktivitas di gedung meningkatkan jumlah polutan dalam ruangan.
Kenyataan ini menyebabkan risiko terpaparnya polutan dalam ruangan terhadap
manusia semakin tinggi, namun hal ini masih jarang diketahui oleh masyarakat.
Kualitas udara dalam ruang merupakan
interaksi yang selalu berubah secara konstan dari beberapa faktor yang
mempengaruhi jenis, tingkat, dan pentingnya polutan dalam lingkungan dalam
ruang. Faktor-faktor tersebut adalah sumber polutan atau bau; desain,
pemeliharaan, dan pengoperasian sistem ventilasi bangunan, kelembaban, serta
persepsi dan kerentanan pekerja. Selain itu, ada juga faktor-faktor yang
mempengaruhi kenyamanan atau persepsi atas kualitas udara dalam ruang (Fitria, 2009).
Sumber penyebab polusi udara dalam ruangan
berhubungan dengan bangunan itu sendiri, perlengkapan dalam bangunan (karpet,
AC, dansebagainya), kondisi bangunan, suhu, kelembaban, pertukaran udara, dan
hal-hal yang berhubungan dengan perilaku orang-orang yang berada di dalam ruangan,
misalnya merokok. Oleh karena itu, diperlukan adanya kontrol terhadap kualitas
udara.
Kontrol terhadap kualitas udara dalam
ruang melibatkan tiga strategi utama yang terintegrasi. Pertama, mengatasi
sumber polutan baik dengan mengeluarkannya dari dalam gedung atau memisahkannya
dari pekerja dengan penghalang fisik, mengatur tekanan udara, atau dengan
mengontrol lamanya penggunaan. Kedua, melarutkan polutan dan membuangnya dari
dalam gedung melalui ventilasi. Ketiga, menggunakan filter untuk membersihkan
udara dari polutan (Fitria, 2009)
VI. KESIMPULAN
Perhitungan
angka kuman pada praktikum pemeriksaan angka kuman diudara diperoleh hasi 18,34
koloni yang menandakan kualitas udara di ruangan Ka. Prodi dan Karyawan
memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan kerja sesuai dengan KMK No.
1405/MENKES/SK/XI/2002.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Fitria,
L. , Ririn Arminsih Wulandari, Ema Hermawati, Dewi Susanna. 2009. Kualitas
Udara Dalam Ruang Perpustakaan Universitas ”X” Ditinjau Dari Kualitas Biologi,
Fisik, Dan Kimiawi .Makara, Kesehatan, Vol. 12, No. 2, Desember
2009: 76-82.
Juarsih. 2013. Pengaruh
Kualitas Fisik Udara Dalam Ruangan Ber Ac Terhadap Kejadian Sick Building Syndrome (Sbs)Pada
Pegawai Di Gedung Pusat Teknologi Informasi Dan Komunikasi (Pustikom). Universitas
Negeri Gorontalo.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia.Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1405/Menkes/Sk/Xi/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Kerja Perkantoran Dan Industri
Moerdjoko, 2004. Kaitan
Sistem Ventllasi Bangunan Dengan Keberadaan Mikroorganisme Udara. Dimensi Teknik Arsitektur Vol. 32, No. 1,
Juli 2004: 89 – 94.
VIII. LAMPIRAN
Praktikum
Pemeriksaan Angka Kuman di Udara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar