Menurut sebagian psikolog, perilaku manusia berasal dari dorongan
yang ada dalam diri manusia yang merupakan salah satu usaha untuk memenuhi
kebutuhan yang ada di dalam diri manusia. Perilaku manusia tidak bisa dipisahkan
dari konteks sosialnya. Dengan demikian, perilaku manusia itu perlu dipahami
dalam konteks yang lebih luas. Soekidjo Notoatmojo dengan memerhatikan bentuk
respons terhadap terhadap stimulus, membedakan perilaku manusia menjadi dua
bentuk, yaitu:
a)
perilaku tertutup (covert behavior), hal ini ditunjukkan dalam bentuk
perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran dan reaksi lainnya yang tidak
tampak,
b)perilaku terbuka (overt
behavior) yaitudalam bentuk tindakan nyata, misalnya meminum obat ketika dirinya
merasa sakit.
Menurut Soekidjo Notoatmojo
bahwa perilaku kesehatan yaitu respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan dan
minuman serta lingkungan. Dari definisi tersebut, kemudian dirumuskan bahwa
perilaku kesehatan yaitu terkait dengan: Perilaku pencegahan, penyembuhan
penyakit, serta pemulihan dari penyakit; Perilaku peningkatan kesehatan; Perilaku
gizi (makanan dan minuman).
Berbagai model yang digunakan para peneliti dalam mempelajari
berbagai tipe perilaku kesehatan :
1. Model Pengelolaan Rasa Sakit.
Menurut Daldiyono (2007: 16), tidak semua orang sakit memiliki
penyakit. Suatu rasa sakit bukan
merupakan penyakit bila tidak mengganggu aktivitas dan fungsi pokok, misalnya:
makan, minum, buang air, tidur, dan aktivitas
sehari-hari lainnya. Sedangkan menurut
Lehndorff, rasa sakit bisa dikelola baik untuk sekedar pengendalian rasa sakit
maupun untuk mencapai penyembuhan diri dari penyakit yang sedang dideritanya.
Faktor utama yang menunjang
kemajuan derajat kesehatan pasien adalah keinginan dan kehendak yang besar
untuk mengalami kemajuan. Dalam pandangan Lehndorff
dan Tracy (2005: xii) sikap optimis itu dapat
diwujudkan dengan memiliki rasa ingin menjadi lebih baik, memiliki harapan untuk menjadi lebih baik, mau berusaha untuk
menjadi lebih baik, dan mereka belajar
metode-metode cepat untuk memotivasinya.
2. Model Suchman
Yang terpenting dalam model suchman adalah menyangkut pola sosial
dari perilaku sakit yang tampak pada cara
orang mencari, menemukan, dan melakukan perawatan medis. Pendekatan yang digunakannya berkisar pada adanya 4 unsur
yang merupakan faktor utama dalam perilaku
sakit, yaitu: (1) perilaku itu sendiri; (2) sekuensinya; (3) tempat atau ruang
lingkup; dan (4) variasi perilaku selama tahap-tahap
perawatan medis. Arti keempat unsur tersebut
dapat dikembangkan 5 konsep dasar yang berguna dalam menganalisi perilaku sakit, yaitu: (1) mencari pertolongan
medis dari berbagai sumber atau pemberi
layanan, (2) fragmentasi perawatan medis di saat orang menerima pelayanan dari
berbagai unit, tetapi pada lokasi yang sama, (3)
menangguhkan (procastination) atau menangguhkan
upaya mencari pertolongan meskipun gejala sudah diasakan, (4) melakukan pengobatan sendiri (self medication), (5) membatalkan atau
menghentikan pengobatan (discontuniti).
3. Model Mechanic
Landasan pemikiran model
mechanic ini yaitu mengembangkan suatu model mengenai faktor-faktor yang mempengarui perbedaan cara melihat,
menilai serta bertindak terhadap suatu gejala
penyakit. Teori ini menekankan pada 2 faktor:
a.
persepsi dan definisi oleh individu pada suatu situasi
b. Kemampuan individu melawan keadaan yang berat
Dapat dikemukakan bahwa yang dimaksud perilaku sakit adalah pola
reaksi sosio-kultural yang dipelajari pada suatu saat ketika individu
dihadapkan pada gejala penyakit sehingga gejala-gejala itu akan dikenal,
dinilai, ditimbang, dan kemudian dapat bereaksi atau tidak bergantung pada
definisi atau situasi itu.
4. Model Andersoon
Kerangka asli model ini yaitu menggambarkan suatu sekuensi
(rangkaian) determinan (factor yang
menentukan) individu terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh keluarga
dan dinyatakan bahwa hal itu tergantung pada:
a.
presdisposisi keluarga untuk menggunakan jasa pelayanan kesehatan, misalnya
saja variabel demografi (umur, jumlah, status perkawinan), variabel struktur
sosial
(pendidikan,
pekerjaan, suku bangsa), kepercayaan terhadap magis.
b.
Kemampuan utnuk melaksanakannya yang terdiri atas persepsi terhadap penyakit
serta
evaluasi klinis terhadap klinis.
c.
Kebutuhan terhadap jasa pelayanan. Faktor presdisposisi dan faktor yang
memungkinkan untuk mencari pengobatan
dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhan.
5. Model
Keyakinan Sehat
Model keyakinan sehat (health believe model) dikembangkan oleh
Rosenstock. Empat keyakinan utama
yang didefinisikan dalam model HBM yaitu (1) keyakinan tentang kerentanan
terhadap keadaan sakit, (2) keyakinan tentang
keseriusan atau keganasan penyakit, (3) keyakinan
tentang kemungkinan biaya, (4) keyakinan tentang efektivitas tindakan ini
sehubungan dengan adanya kemungkinan tindakan
alternatif.
Menurut Marshall H. Becker dan Lois A. Maiman, model ini terdiri
atas unsur-unsur sebagai berikut:
a.
kesiapan seseorang untuk seseorang untuk melakukan suatu tndakan ditentukan
oleh pandangan orang itu terhadap bahaya penyakit tertentu dan persepsi mereka
terhadap kemungkinan akibat (fisik dan sosial) bila terserang penyakit
tersebut.
b.
Penilaian seseorang terhadap perilaku kesehatan tertentu, dipandang dari sudut
kebaikan
dan kemanfaatan (misalnya perkiraan subjektif
mengenai kemungkinan manfaat dari suatu tindakan
dalam mengurangi tingkat bahaya dan keparahan). Kemudian dibandingkan dengan persepsi terhadap pengorbanan (fisik, uang, dan
lain-lain) yang harus dikeluarkan untuk
melaksanakan tindakan tersebut.
c. Suatu
“kunci” untuk melakukan tindakan kesehatan yang tepat harus ada , baik dari sumber internal (misalnya gejala penyakit) maupun eksternal
(misalnya interkasi
interpersonal,
komunikasi massa).
6. Model Kurt Lewin
Mempunyai
pandangan → individu hidup di lingkungan masyarakat
dan Individu ini akan bernilai positif dan negatif di
suatu daerah atau wilayah tertentu. Implikasinya
didalam kesehatan adalah penyakit atau sakit adalah suatu daerah negatif
sedangkan sehat adalah wilayah positif. Ada 4 variabel apabila seseorang bertindak untuk melawan
atau mengatasi penyakit :
a.
Kerentanan yang dirasakan (perceived suspecbility)
b.
Keseriusan yang dirasakan (perceived seriousness)
c.
Manfaat dan rintangan yang dirasakan (perceived benefits and barriers)
d. Isyarat atau
tanda – tanda (clues)
Lewin
berpendapat bahwa perilaku manusia adalah suatu keadaan yang seimbang antara
kekeuataan pendorong (driving forces) dan kekuatan penahan (resistining forces).
Teori ini dinamakan (force field
analysis) individu selalu terdapat kekuatan/ dorongan yang saling bertentangan.
Keadaan ini dapat berubah apabila terjadi ketidakseimbangan sehingga ada tiga
kemungkinan terjadinya perubahan perilaku pada diri seseorang :
a.
Kekuatan – kekuatan pendorong meningkat.
b.
Kekuatan – kekuatan penahan menurun.
c.
Kekuatan pendorong meningkat dan kekuatan penahan menurun.
7. Model Pengambilan keputusan
Ada
beberapa kondisi sosial yang khas terjadi yaitu ;
a.
Realitas sosial adanya perbedaan pemahaman dan sikap antara pasien dan anggota keluarganya
b.
Perbedaan pemahaman dan sikap pasien diwujudkan dalam bentuk persepsi atau
respons
terhadap penyakit tersebut
c.
Setiap diantara mereka mempunyai akses informasi ke pihak lain mengenai persepsi
penyakit
d.
Adanya komunikasi atau interkasi antara pasien dan orang lain
Interaksi
ini menghasilkan dua kemungkinan ; Dekolektivasi
refeksi dan Kolektivasi persepsi. Ada dua kemungkinan kolektivasi pasien :
a. Aktif
( inisiatif untuk bertindak dalam proses penyembuhan)
b. Pasif (
pasrah terhadap sikap orang lain diluar dirinya )
cara paling mudah adalah dengan mesin pengering udara agar kelembaban bisa terkontrol, coba ke mesin raya di web tersebut disediakan mesin atau alat untuk mengatasi udara yang lembab
BalasHapusini sumbernya dari buku apa ya kak?
BalasHapus